Studi Tiru LAZISNU Sidoarjo ke Cilacap: Menyerap Semangat "Sam’an wa To’atan" dan Prinsip “Ngewongke”
18 Mei 2025
Semangat kebersamaan dan ketaatan menjadi hal yang paling menonjol dalam kunjungan studi tiru yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Sidoarjo ke LAZISNU Cilacap. Kunjungan yang berlangsung pada Ahad (18/05/2025) ini dipimpin oleh Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH Zaenal Hayat, dan disambut hangat oleh Rais Syuriyah PCNU Cilacap, KH Su’ada Adzkiya di Aula Pusdiklat PCNU Cilacap.
Dalam sambutannya, KH Zaenal Hayat mengungkapkan kekaguman atas kekompakan dan konsolidasi struktural yang ditunjukkan oleh jajaran PCNU Cilacap, mulai dari tingkat cabang, MWCNU, hingga ke ranting. Ia menyebut bahwa nilai-nilai ketaatan dan kebersamaan yang diterapkan, atau yang dikenal dengan istilah “sam’an wa to’atan”, patut dicontoh oleh daerah lain.
“Di sini semuanya solid dan kompak, menjalankan instruksi dengan penuh keikhlasan. Ini yang ingin kami tiru. Bahkan secara bergurau, kami ingin membawa 'suwuk'-nya Cilacap agar semuanya manut,” ungkapnya. Dalam konteks ini, "suwuk" dimaknai sebagai doa-doa atau mantra simbolik yang mencerminkan energi spiritual dan kekuatan kolektif yang menggerakkan organisasi.
Meskipun secara ekonomi Sidoarjo memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan Cilacap, KH Zaenal mengakui bahwa dalam hal penguatan struktur dan gerakan kelembagaan, PCNU Cilacap justru lebih matang dan menjadi inspirasi.
Sementara itu, Ketua LAZISNU Sidoarjo, Mohammad Dedi Iyamudin, menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan langkah nyata untuk belajar langsung dari pengalaman sukses LAZISNU Cilacap, khususnya dalam pengelolaan gerakan KOIN NU dan penguatan lembaga keuangan umat. Ia mengutip Imam Malik yang mengatakan bahwa ilmu tidak seharusnya ditunggu, melainkan harus dijemput.
“InsyaAllah sepulang dari sini, kami akan segera menggelar rapat koordinasi dan menyuntikkan semangat yang kami dapatkan ke seluruh lini, sampai ke tingkat ranting,” ujarnya.
Dalam sesi pengarahan, KH Su’ada Adzkiya menekankan pentingnya pendekatan kultural dalam membangun LAZISNU. Ia menjelaskan filosofi "ngewongke", yaitu sikap saling menghargai dari struktur paling bawah hingga ke atas. Menurutnya, keberhasilan bukan datang dari perintah satu arah, melainkan dari dialog dan keterlibatan langsung.
“Bukan MWCNU yang datang ke PCNU untuk diberi instruksi, tetapi kami dari PCNU yang justru turun ke MWCNU. Di sana kami berdialog, mengajak, dan membangun kesadaran bersama akan pentingnya sedekah dan pembentukan LAZISNU,” jelasnya.
Ia juga menekankan peran krusial Petugas Lapangan Penjemput Koin (PLPK) sebagai garda terdepan gerakan KOIN NU. PLPK, menurutnya, harus diberikan perhatian, semangat, dan pembinaan, karena mereka menjadi tulang punggung dalam menjalankan program.
Sekretaris PCNU Cilacap, Aliman, turut menyambut baik kunjungan ini. Ia mengungkapkan bahwa pencapaian PCNU dan LAZISNU Cilacap tidak didapat secara instan, melainkan melalui proses panjang yang dibangun dengan komitmen dan konsistensi.
“Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah, tentu tantangannya besar. Tapi dengan kebersamaan dan semangat gotong royong, kami bisa menjalankan program-program seperti BMT, klinik NU, dan gerakan Koin NU secara berkelanjutan,” ujarnya.
Kegiatan studi tiru ini diharapkan menjadi tonggak awal dari kerja sama yang lebih erat antarwilayah NU, sekaligus memperkuat peran LAZISNU dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial umat. Dengan berpegang pada semangat kebersamaan dan prinsip “ngewongke”, baik Sidoarjo maupun Cilacap optimis dapat terus berkembang dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Editor : Suryadi
Berita lainnya